Bawaslu Jawab Kritik Film Dirty Vote
Menurutnya, kritik itu harus didengar untuk meningkatkan kualitas kerja Bawaslu.
"Saya sudah menyaksikan film dokumenter itu, terutama pada menit ke-57 saat membahas inkompetennya Bawaslu selama Pemilu 2024,' kata Lolly Suhenty.
Paling tidak, lanjutnya, Bawaslu menyadari masih ada kelemahan dan sesuatu yang belum tersampaikan ke publik secara baik.
"Seharusnya masalah itu sudah jelas di publik. Ternyata tidak, Ini jadi auto kritik buat Bawaslu," tambahnya.
Sebagai respons terhadap film Dirty Vote, Bawaslu sudah mengambil langkah taktis.
Lolly sudah berkoordinasi dengan pihak Humas Bawaslu agar informasi yang dibutuhkan publik lebih masif tersampaikan.
Film Dirty Vote digarap dalam waktu dua pekan dengan melibatkan 20 lembaga, di antaranya Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Bangsa Mahardika, Ekspedisi Indonesia Baru, Ekuatorial, Fraksi Rakyat Indonesia, Perludem, ICW, JATAM, Lokataru, LBH Pers, WALHI, Yayasan Kurawal, dan YLBHI. (Antara/Mar9/Jpnn)
Bawaslu RI menjawab kritikan yang disampaikan film dokumentr karya Dhandy Laksono berjudul Dirty Vote
Redaktur & Reporter : Ade Keno
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sumbar di Google News